8++ Suku Papua – Ragam, Sejarah, Budpekerti & Budaya (Lengkap)
Suku Papua – Sebagai provinsi paling luas di Indonesia, Papua menyimpan kekayaan yang hebat dari sisi alam dan budaya. Kawasan hutan Papua sebagian besar masih perawan dan belum terjamah oleh manusia. Sedangkan kekayaan budaya Papua mampu dilihat dari suku orisinil yang mendiami provinsi ini.
Suku asli Papua berjumlah ratusan dan tiap-tiap suku memiliki adab istiadat dan tradisinya berlawanan. Bahkan satu suku sama lain mempunyai bahasa sendiri.
Keindahan alam Papua juga tak perlu dipertanyakan. Beberapa tahun belakangan, Papua telah meningkat selaku tujuan rekreasi terkenal di Indonesia. Salah satunya adalah Raja Ampat yang menjadi tujuan rekreasi favorit pelancong setempat maupun mancanegara.
Turis mancanegara bahkan lokal pun sungguh tertarik dengan kehidupan suku-suku di Papu. Sebab beberapa suku di Papua masih hidup secara primitif dengan menganut etika istiadat yang diturunkan oleh para leluhur.
Beberapa suku yang paling diketahui dari Papua adalah suku Asmat, Dani, Amungme, Korowai, Muyu, Bauzi, Arfak, Lani, Matbat, Marind, Moni, Sawi, Wolani, Yali, Emari, dan Huli.
Daftar Suku di Papua
Diperkirakan manusia purba pertama kali bermigrasi ke Papua sekitar 45.000 tahun yang kemudian. Saat ini populasi Papua mencapai lebih dari 3 juta jiwa. Sebagian diantaranya tinggal di pedalaman hutan dan hidup dengan cara primitif. Namun tidak sedikit pula yang tinggal di perkotaan dan menjalani kehidupan modern.
Beberapa suku yang cukup diketahui dan memiliki populasi cukup besar ialah Suku Asmat, Dani, Amungme, Korowai, Muyu, dan Bazi.
1. Suku Asmat
Suku Asmat terbagi menjadi 2 kalangan, yakni penduduk yang tinggal di daerah pesisir dan yang tinggal di daerah pedalaman. Meski berasal dari suku yang serupa, namun Suku Asmat yang tinggal di pesisir dan pedalaman sangat berlainan. Perbedaan mereka mampu dilihat dari cara hidup sehari-hari, dialek bahasa yang digunakan, ritual budbahasa, dan struktur sosialnya.
Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir tersebar di sekitar pantai Laut Arafuru. Sedangkan Suku Asmat yang hidup di pedalaman berada di pegunungan Jayawijaya.
Suku Asmat yang tinggal di pedalaman hutan, mereka tinggal di sekitar rawa-rawa yang keadaan sekitarnya sangat terbatas. Batu yang umum kita lihat di pinggir jalan mampu sangat berguna bagi mereka, bahkan dijadikan mas kawin. Hal ini dikarenakan di tempat mereka tinggal jarang terdapat watu. Padahal watu sangat penting dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti materi menciptakan palu, kapak, dan perlengkapan yang lain.
Orang Asmat memiliki ciri-ciri fisik meliputi tinggi tubuh tergolong tinggi, bahkan untuk ukuran badan orang Indonesia kebanyakan. Para wanitanya mempunyai tinggi rata-rata 162 cm, sementara para laki-laki sekitar 172 cm.
Mereka tinggal di suatu kampung yang lazimnya terdiri dari 1 Rumah Bujang yang difungsikan sebagai daerah untuk upacara keagamaan dan upacara akhlak. Sementara itu rumah lainnya berbentukrumah tinggal yang lazimnya dihuni oleh 3 keluarga.
Mata pencaharian utama suku Asmat ialah melakukan pekerjaan di lingkungan sekitar, misalnya berkebun atau berburu. Cara berkebun dan berburu yang dijalankan juga masih sederhana dan tradisional.
Sehari-hari mereka makan ikan atau daging hewan hasil buruan. Sagu ialah bahan masakan pokok yang lalu dimasak menjadi bulatan-bulatan kemudian dibakar. Makanan istimewabagi warga Asmat adalah ulat sagu. Sebelum disantap, ulat sagu dikemas dengan daun nipah kemudian ditaburi sagu, kemudian dibakar.
2. Suku Dani
Suku Dani yaitu kelompok penduduk yang mendiami Lembah Baliem. Suku ini sudah tinggal di lembah selama sekitar ratusan tahun yang kemudian. Secara lazim, Suku Dani bertempat tinggal di kawasan pegunungan tengah Papua. Namun, orang-orang Dani bukan satu-satunya suku yang bermukim di kawasan tersebut.Selain di daerah ini, Suku Dani juga bermukim di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Puncak Jaya.
Orang-orang Dani biasanya berkerja sebagai petani. Mereka diketahui sungguh cekatan dalam bertani dan sudah memakai perlengkapan yang cukup maju di abad lalu. Contoh alat-alat pertanian yang digunakan yaitu pisau dan kapak kerikil yang yang dibuat dari bambu ataupun tulang hewan. Suku Dani juga membuat tombak dari kayu galian yang diketahui sangat kuat dan berat.
Masyarakat Dani yang tinggal di Lembah Baliem lebih senang disebut selaku Suku Parim atau Suku Baliem. Mereka memiliki kerpecayaan terhadap roh. Setidaknya ada 2 roh keparcayaan penduduk Dani, yaitu Suangi Ayoka yang ialah roh pria, dan Suangi Hosile yang merupakan roh wanita.
Mereka juga mempercayai kekuatan sakti dari nenek moyang yang disebut dengan Atou. Kekuatan ini cuma diturunkan kepada anak laki-laki. Kekuatan tersebut meliputi 3 hal, ialah kekuatan menyembuhkan penyakit, kekuatan menyuburkan tanah, dan kekuatan mempertahankan kebun.
Salah satu hal unik dari Suku Dani adalah cara mereka mengungkapkan kesedihan, terutama kesedihan sebab rasa duka cita akhir ditinggal oleh anggota keluarga yang meninggal dunia.
Sama mirip kebanyakan insan kebanyakan, Suku Dani juga mengungkapkan kesedihan dengan cara menangis. Namun tidak sebatas itu, mereka juga melaksanakan hal ekstrim dengan memotong jari sebagai lambang kesedihan mendalam.
Memotong jari dianggap selaku simbol rasa pedih kepada anggota keluarga yang pergi. Selain itu, arti lain dari ritual ini adalah upaya untuk menangkal terulangnya kembali bencana yang sudah merenggut anggota keluarga yang dicintai.
3. Suku Amungme
Populasi Suku Amungme dikala ini diperkirakan sekitar 17.700 jiwa. Suku Amungme juga diketahui sebagai Suku Amui, Amungm, Damal, Hamung, atau Amuy.
Suku Amungme mempunya bahasa sendiri yang disebut selaku Dhamal. Sedangkan iman yang dianut adalah animisme. Suku Amungme tidak memedulikan rancangan adanya tuhan atau roh yang hidup di alam lain. Bagi mereka, alam hanyalah satu.
Masyarakat Suku Amungme umumnya berkerja sebagai petani nomaden atau berpindah-pindah. Selain itu, mereka juga melaksanakan kegiatan berburu dan meramu. Masyarakat Amungme sungguh mensakralkan tanah leluhur merek, adalah pegunungan sekitar. Karena hal inilah, maka acap kali terjadi goresan konflik lahan dengan pihak-pihak yang ingin mempergunakan kekayaan mineral di daerah mereka.
4. Suku Lani
Suku Lani sering disebut juga sebagai Suku Loma. Lani bermakna “kamu pergi”. Nama tersebut diambil dari dongeng Suku Lani Barat. Misionaris ajaib di abad lalu juga menyebut suku ini sebagai Suku Dani Barat untuk membedakannya dengan Suku Dani.
Sementara itu, arti kata Loma ialah orang-orang yang tinggal di Kabupaten Puncak Jaya. Bahasa yang dipakai Suku Lani adalah bahasa Moni dan bahasa Amung.
5. Suku Muyu
Suku Muyu berdomisili di sekitar Sungai Muyu yang terletak di Timur Laut Merauke. Diperkirakan nama Mutu berasal dari kata “ok Mui” selaku cara penduduk setempat untuk mengucapkan Sungai Mui. Mereka biasa menyampaikan kata ini ke orang Belanda. Kemudian “ok Mui” berubah pengucapannya menjadi Muyu.
Mata pencaharian Suku Muyu pada umumnya adalah berburu, menangkap ikan, mengolah sagu, dan beternak babi atau anjing. Sayangnya mereka tinggal di daerah yang kurang subur, sehingga mereka sering kekurangan materi kuliner dan menimbulkan tingkat akhir hayat penduduk Suku Muyu cukup tinggi.
Suku ini memiliki pemimpin tinggi yang merupakan ketua dalam kehidupan dan akidah religiusnya. Di bawahnya, ada orang-orang yang berwibawa dan biasanya disebut selaku Tomkot, bigman, atau keyepak.
6. Suku Korowai
Korowai yakni nama salah satu suku Papua yang menempati dataran redah sebelah selatan pegunungan Jayawijaya. Kelompok penduduk Korowai tinggal disekitar rawa, hutan mangrove dan lahan lembap.
Suku ini juga diketahui sebagai salah satu suku kanibal Papua. Orang-orang Korowai tidak mengenakan koteka mirip kebanyakan suku di Papua lain. Kehidupan mereke tercukupi oleh acara berburu dan mengumpulkan kuliner. Keunikan Suku Korowai yakni kawasan tinggalnya berada di rumah pohon.
7. Suku Bauzi
Suku ini termasuk salah satu dari 14 suku terasing. Pernyataan ini dikeluarkan oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat. Dinyatakan demikian alasannya suku Bauzi menempati wilayah terisolir, busana lelaki cuma berupaca cawat dari selembar daun atau kulit pohon yang dikeringkan dan diikat pada ujung kelamin.
Untuk para perempuan mengenakan selambar daun atau kulit kayu yang dikeringkan dan diikatkan pada pinggang mereka. Kehidupan orang Bauzi bisa dikatakan masih primitif sebab masih mengandalkan aktivitas berburu dan nomaden. Saat menyambut tamu, para pria akil balig cukup akal akan mengenakan hiasan kepala dari bulu kasuari dan melaburi badan dengan sagu.
8. Suku Huli
Huli adalah salah satu suku dengan populasi terbesar di Papua. Suku Papua ini dapat dimengerti dengan lukisan kuning, merah dan putih pada wajah mereka.
Selain itu, ada pula tradisi unik menciptakan wig dari rambut mereka sendiri. Untuk acara sehari-hari, mereka memakai kapak dan cakar.
0 Response to "8++ Suku Papua – Ragam, Sejarah, Budpekerti & Budaya (Lengkap)"
Post a Comment