Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yaitu salah satu kawasan pelestarian dan dukungan keragaman hayati yang berada di Pulau Sulawesi. Kawasan seluas 105.194 hektar ini berada di kawasan Provinsi Sulawesi Tenggara. TN Rawa Aopa Watumohai memiliki bentangan alam kawasan yang cukup beragam, tetapi sebagian besar didominasi dengan lahan lembap.
Meski Rawa Aopa Watumohai tidak se-populer 8 taman nasional lain yang ada di Sulawesi, mirip Bunaken, Bogani Nani Wartabone, Bantimurung-Bulusaraung, Lore Lindu, Rawa Aopa Watumohai, Taka Bone Rate, Togean, dan Wakatobi. Namun manfaat yang diberikan sungguh besar terhadap kelestarian hayati.
Sejarah dan Lokasi Taman Nasional
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai berada di antara empat kabupaten. Keempat kabupaten tersebut yaitu Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Bombana.
Untuk mampu masuk ke tempat Rawa Aopa Watumohai, kita dapat meminta izin ke Balai Taman Nasional yang terletak di Jalan Poros Bombana No. 157 Lanowulu, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan
Kawasan ini ditetapkan selaku Taman Nasional pada tahun 1990 dengan total luas 105.194 hektar yang terdiri atas areal hutan bakau, hutan rawa, padang sabana, serta hutan tropis dengan kawasan tertinggi berada pada ketinggian 981 meter di atas permukaan laut.
Pada tanggal 6 Maret 2011 kawasan Rawa Aopa Watumohai juga ditetapkan selaku Situs Ramsar, ialah daerah lahan lembap guna tujuan konservasi. Hal ini menawarkan bahwa taman nasional ini mempunyai peran penting terhadap kelestarian bumi.
Topografi di TN Rawa Aopa Watumohai cukup bervariasi mulai dari datar, bergelombang, hingga dengan berbukit-bukit. Topografi ini jugalah yang membentuk bentangan alam yang menawan.
Kekayaan Alam TN Rawa Aopa Watumohai
Sebagaimana yang sudah disebutkan, tempat Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki beberapa tipe vegetasi. Seluruh tipe vegetasi ini menjadi daerah tinggal untuk banyak sekali jenis tanaman maupun fauna.
1. Ekosistem
Ada lima jenis ekosistem yang membentuk tempat Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Kelima jenis ekosistem tersebut yaitu ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem bakau atau hutan mangrove, dan ekosistem padang savana.
Kawasan ini juga memiliki peran penting kepada keperluan hidrologis wilayah dengan memberi pasokan air bagi sungai-sungai yang mengalir di sekitarnya. Selain itu, taman nasional ini juga menjadi penyedia air untuk kebutuhan Kota Kendari.
Tipe ekosistem rawa gambut yang ada di taman nasional ini ialah yang paling luas di kawasan Sulawesi. Tutupan air di lingkungan rawa memiliki persentase lebih dari 90%. Adapun material dasar di areal rawa yaitu gambut dan menjadi pengendali kondisi air untuk ekosistem di sekitarnya.
2. Fauna
Terdapat sekitar 155 spesies burung yang menghuni kawasan ini dengan 37 spesies di antaranya merupakan satwa endemik. Salah satu jenis burung yang sangat khas di yakni burung kacamata Sulawesi yang memiliki ciri khas bulat mata di sekeliling matanya. Spesies ini sempat dinyatakan punah, namun kemudian terlihat dan ditemukan kembali.
Selain kacamata Sulawesi, spesies burung lain yang juga termasuk selaku satwa langka yang dilindungi adalah burung aroweli. Hewan satu ini juga biasa disebut sebagai burung bangau susu putih yang biasanya berkeliaran di sekitar areal berawa di daerah daun bunga teratai dan ilalang.
TN Rawa Aopa Watumohai juga menjadi habitat untuk aneka macam jenis burung air karena memiliki tipe ekosistem yang mendukung. Ppada waktu tertentu beberapa burung migran juga akan tampakberkeliaran di sekeliling taman nasional ini. Tercatat ada kurang lebih 23 spesies burung migran yang sering melintas di sini.
Beberapa satwa lain yang juga mampu dijumpai adalah sapi, rusa, anoa, dan babirusa. Sedangkan di area hutan bakau atau hutan mangrove jenis fauna yang mampu hidup yaitu berbagai spesies ikan, kepiting, serta udang.
3. Flora
Jenis tumbuhan yang ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dimengerti berjumlah kurang lebih 323 spesies. Beberapa di antara jenis flora yang cukup mendominasi yakni agel, lontar, bambu berduri, pandan, serta semak belukar.
Selain itu, daerah ini juga memiliki kekayaan teratai yang sangat bermacam-macam, antara lain teratai merah, teratai ungu, teratai putih, serta teratai dengan perpaduan warna unik yang mengikuti keadaan cuaca.
Jenis tumbuhan lain yang juga dapat dijumpai antara lain bunga bakung, talas, rumput bundar, pandan berduri, pudak hijau, dan masih banyak lagi. Semua jenis tanaman ini membentuk keindahan alam yang sungguh menawan.
Pariwisata Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Meski tidak terlampau familiar di indera pendengaran, ternyata daerah ini sudah menjadi daerah konservasi sejak tahun 1990. Namun sayangnya, kian kesini mengalami pengurangan kekayaan alam akibat banyak sekali ulah manusia.
Hal tersebut mampu dibilang wajar, karena tempat taman nasional ini berada di zona tradisional. Zona ini merupakan area yang dihuni serta terdapat acara manusia yang turut mempergunakan hasil alam. Beberapa aktivitas yang dimaksud adalah penangkapan ikan serta mengambil tanaman untuk dijadikan anyaman.
1. Padang Sabana
Padang sabana merupakan pesona yang paling indah di
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan luas areal meraih 23.000 hektar.
Ketika berada di sini hadirin akan melihat hamparan padang rumput dengan
beberapa jenis flora seperti bambu, semak belukar, dan lontar.
Kawasan sabana menjadi kawasan favorit bagi satwa mirip sapi dan rusa. Sayangnya rusa yang sebelumnya memiliki habitat di taman nasional ini, kini sudah mulai jarang terlihat. Hal ini disebabkan oleh acara perburuan liar yang kian marak.
Untuk meraih areal padang sabana, pengunjung dapat melalui beberapa jalur. Letak padang sabana yang pertama tidak terlalu jauh dari jalan raya, sehingga sungguh mudah untuk dijangkau. Sepintas padang sabana ini seperti dengan lapangan golf.
Sedangkan untuk meraih padang sabana yang kedua, pengujung harus menyeberangi sungai serta menyusuri hutan. Sepanjang perjalanan, pengunjung juga akan melalui daerah burung maleo serta kakatua jambul bertelur. Jika mujur kedua burung ini juga akan terlihat berkeliaran di antara pepohonan.
Waktu yang diperlukan dari padang sabana pertama ke padang sabana yang kedua kurang lebih 2 jam. Padang sabana yang kedua ini memiliki panorama yang lebih menakjubkan dibanding padang sabana pertama.
Disekelilingnya terdapat deretan bukit-bukit hijau dan membentuk gelombang yang berkesinambungan.
2. Menyusuri Hutan Rawa dan Mangrove
Salah satu daerah yang juga dikembangkan sebagai daerah pariwisata di Taman Naasional Rawa Aopa Watumohai ialah hutan rawa. Pengembangan pariwisata ini baru mulai dilakukan pada tahun 2018 bersama tiga sektor yang lain, yaitu pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Luas daerah hutan rawa yang dijadikan selaku daerah pariwisata seluas 12 hektar. Pengunjung dianjurkan untuk bermalam di areal taman nasional agar dapat menikmati keindahannya.
3. Wisata Budaya
Tidak hanya menikmati keindahan bentangan alam saja yang bisa hadirin kerjakan di Taman Nasional Aopa Watumohai, tetapi juga rekreasi budaya. Jenis wisata ini dapat dilakukan dengan berbaur dengan penduduk sekitar taman nasional.
Kawasan taman nasional yang berada di zona tradisional pastinya akan melibatkan masyarakt sekitar dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Oleh alasannya adalah itu hadirin dapat dengan mudah untuk berjumpa dan bercengkrama dengan warga sekitar.
Secara lazim, penduduk sekitar taman nasional memiliki mata pencaharian yang berkaitan dengan hasil alam. Misalnya untuk memperoleh ikan, penduduk sering mencari di areal perairan taman nasional. Selain itu, masyarakat juga sering memakai hasil alam untuk membuat kerajinan tangan.
Salah satu hasil kerajinan yang mempergunakan hasil alam yakni kerajinan tikar pandan atau diketahui sebagai totole. Berinteraksi dengan penduduk sekitar dapat membuat hadirin mengenal lebih dalam bagaimana aktivitas dan proses untuk menghasilkan kerajinan ini.
Kegiatans sehari-hari penduduk yang juga mempesona untuk diperhatikan adalah teknik memancing yang disebut sebagai molonduri, teknik menangkap ikan dengan tangan kosong atau mekaroro, teknik membubu, menjala, dan memukat. Semua pengetahuan ini diperoleh secara turun temurun dari nenek moyang mereka.
0 Response to "Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai"
Post a Comment