Taman Nasional Gandang Dewata, Perlu Di Eksplorasi


Taman Nasional Gandang Dewata ialah salah satu kawasan konservasi berupa taman nasional yang berada di Pulau Sulawesi. Kawasan ini belum cukup populer dan baru mulai terdengar dikala terjadi peristiwa yang melibatkan acara pendakian.





Sejak dikala itu aneka macam mitos yang telah berkembang di kawasan ini makin ramai dibicarakan.





Meskipun penuhdengan banyak sekali mitos yang diyakini oleh masyarakat sekitar, daerah taman nasional ini ternyata menyimpan pesona alam yang begitu indah. Sebagai salah satu wilayah yang dilalui Garis Wallace, ada terlalu banyak keragaman hayati yang dimiliki daerah ini.






Lokasi dan Cara Menuju TN Gandang Dewata





Secara administratif tempat Taman Nasional Gandang Dewata berada di antara empat kabupaten, ialah Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamuju Utara.









Kawasan taman nasional ini berada di Gunung Gandang Dewata yang ialah gunung tertinggi kedua dari formasi Pegunungan Quarles, sekaligus deretan gunung watu dengan tipe hutan tropis mulai dari bagian tengah Sulawesi menuju barat, tenggara, dan selatan.





Rute untuk meraih daerah Taman Nasional Gandang Dewata dapat ditempuh melalui dua jalur. Jalur pertama yakni jalan yang lewat Polewali menuju Kecamatan Mamasa dan jalur kedua yakni rute lewat Kabupaten Mamuju menuju Kecamatan Tabulahan.





Mitos & Sejarah Taman Nasional Gandang Dewata





Layaknya kawasan konservasi alam yang lain, Taman Nasional Gandang Dewata juga mempunyai sejarah hingga balasannya resmi berstatus selaku taman nasional. Selain itu, daerah ini juga dikenal sarat akan mitos yang berkembang di penduduk .





1. Mitos





Kawasan Taman Nasional Gandang Dewata merupakan area konservasi hayati yang berada di daerah pegunungan. Tepat di bawah kaki gunung ini terdapat pemukiman penduduk dan yang meyakini beberapa mitos yang diceritakan turun temurun.





Salah satu mitos yang beredar yakni jikalau terdengar suara gendang yang berbunyi dari puncak gunung, maka hal tersebut mengambarkan orang yang berada di atas gunung ada yang meninggal atau hilang.





Suara gendang yang terdengar dari puncak gunung sebetulnya berasal dari satu bongkah watu yang mempunyai bentuk mirip gendang. Batu inilah yang diyakini ikut mengeluarkan gema saat penduduk di Mamasa menabuh gendang pada dikala prosesi ritual maut sedang berjalan.





Padahal, jikalau dipikirkan jarak antara watu yang berada di puncak gunung serta desa tempat menabuh gendang sangatlah jauh. Akan namun pada kenyataannya suara gendang dari puncak gunung acap kali terdengar oleh penduduk di tiga kabupaten sekitar, adalah Kabupaen Mamasa, Kabupaten Mamuju, dan Kabupaten Majene.





Tidak ada yang tahu apa penyebab ilmiah dari suara gema watu yang berasal dari puncak gunung dengan ketinggian kurang dari 4.000 meter di atas permukaan laut ini. Namun, penduduk sekitar mempunyai argumentasi tersendiri untuk meyakini hal-hal mistik ini.





Masyarakat sekitar yakin dan yakin bahwa suara gema watu dari puncak gunung ialah bunyi yang didatangkan oleh Dewa. Hal ini jugalah yang menjadi cikal bakal mengapa tempat ini diberi nama Gandang Dewata.





pohon rotan




Suara
gema tersebut merupakan info yang diberikan kepada penduduk yang sedang
berada di hutan bahwa di pemukiman di bawah sana ada orang yang sudah meninggal
dunia. Makara masyarakat yang tengah beraktivitas di hutan seperti mengambil
rotan ataupun berburu hewan mampu segera turun.





2. Sejarah





Pada tahun 2008 silam, para tokoh penting dalam pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat mengajukan upaya untuk menyebabkan tempat Gandang Dewata selaku Taman Nasional Gandang Dewata. Hal ini juga didukung oleh berbagai pihak yang memiliki tugas penting dalam persoalan pembentukan taman nasional.





Beberapa pihak yang turut andil memperlihatkan janji yakni Gubernur Sulawesi Barat, Bupati dari dua Kabupaten sekitar tempat Gandang Dewata yaitu Bupati Kabupaten Mamasa dan Bupati Kabupaten Mamuju, Dinas Kehutanan Sulawesi Barat, Lembaga MCA dan LIPI, serta tunjangan dari penduduk setempat.





Ahirnya daerah pegunungan ini resmi menjadi taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 773/Menlhk/Setjen/PLA.2/10/2016 pada tanggal 3 Oktober 2016 wacana tempat Gandang Dewata seluas 184.780 hektar .





Keindahan Alam Taman Nasional Gandang Dewata





Meskipun menyimpan mitos yang telah dipercayai secara turun temurun, Taman Nasional Gandang Dewata juga mempunyai alam yang sungguh indah. Bahkan keindahannya tidak kalah dari kawasan konservasi taman nasional lain di Sulawesi, mirip TN Bantimurung-Bulusaraung, TN Bogani Nani Wartabone, TN Bunaken, TN Kepulauan Togean, TN Wakatobi, TN Lore Lindu, TN Rawa Aopa Watumohai, TN Taka Bone Rate.





1. Keanekaragaman Hayati





Banyak jenis satwa endemik yang hidup di daerah taman nasional ini. Sayangnya sejauh ini belum terlalu banyak pihak yang tergerak untuk melaksanakan penelitian dan identifikasi lebih lanjut.





Salah satu pihak yang terpesona untuk meneliti keanekaragaman satwa di taman nasional ini yakni peneliti dan teknisi yang tergabung dalam Deputi Bidang Keanekaragaman Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI yang juga turut andil dalam pembentukan kawasan taman nasional ini.





Penelitian dikerjakan oleh 30 peneliti serta teknisi dari LIPI berlangsung mulai dari tanggal 15 April hingga dengan 4 Mei 2016 atau menghabiskan waktu lebih dari dua pekan.





Hasil dari penelitian tersebut cukup menarik, alasannya adalah menyatakan bahwa aneka macam jenis satwa yang hidup di taman nasional ini tidak cuma ialah kelompok endemik, tetapi juga memiliki karakteristik masing-masing untuk setiap spesies. Karakter tersebut membuat spesies di kawasan ini tidak akan ditemukan di bagian dunia manapun.





Adapun Peneliti Burung dari Pusat Penelitian LIPI, Tri Haryoko, menyebutkan bahwa jumlah spesies aves atau burung di Pulau Sulawesi mencapai 417 jenis dan 116 diantaranya ialah kelompok spesies endemik.





Tri Haryoko juga menyebutkan bahwa ciri khas dari spesies burung endemik Sulawesi mempunyai kemiripan antara burung yang berada di wilayah Sulawesi Tengah dan daerah Sulawesi Tenggara.





Identifikasi berbagai jenis burung di Gunung Gandang Batu dijalankan pada ketinggian 500 meter di atas permukaan bahari hingga ketinggian 2.000 meter di atas permukaan bahari. Hasilnya taman nasional ini memiliki 45 spesies burung dan 70% dari total tersebut ialah kalangan satwa endemik..









Selain itu, jenis satwa lain yang juga sangat menarik adalah burung alap-alap. Burung ini awalnya dianggap selaku kalangan hewan predator, namun sehabis diteliti lebih jauh lagi terkait organ dalamnya, tepatnya wilayah lambung, peneliti menemukan serangga di dalam.





Keunikan lain yang ditemui yaitu katak pohon yang terbagi menjadi tiga spesies yang berlainan. Satwa lain hidup di area hutan adalah anoa Sulawesi, rajawali Sulawesi, simpanse, dan burung rangkong.





Sedangkan jenis tumbuhan yang hidup di taman nasional ini antara lain rotan, kalpataru, uruh, serta banyak sekali jenis anggrek. Sepanjang areal konservasi jarang sekali ditemui tumbuhan berbuah yang bisa disantap.





2. Gunung Gandang Dewata





Meski tidak terlampau populer, Gunung Gandang Dewata yang mempunyai ketinggian sekitar 3.037 meter di atas permukaan bahari menjadi salah satu gunung yang diimpikan para pecinta alam.





Gunung ini termasuk satu di antara sekian gunung yang sulit untuk diraih puncaknya. Beberapa penyebabnya yaitu kanal yang sulit, bahkan dibutuhkan waktu sekitar 8 sampai 12 hari untuk melaksanakan pendakian. Ada 10 pos yang mesti dilewati sebelum mencapai  puncak, sehingga diperlukan antisipasi yang masak.





Sepanjang jalan pendakian akan dijumpai fatwa sungai yang terlihat sungguh segar. Selain itu keindahan barisan pepohonan, hutan bambu, dan juga hutan lumut yang tebal dijamin mampu menghalau rasa letih ketika melakukan pendakian.


0 Response to "Taman Nasional Gandang Dewata, Perlu Di Eksplorasi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel